Minggu, 28 Januari 2018

Pembuatan tahu dengan konsentrasi Koagulan yang berbeda

Oke guys..... Kali ini aku akan posting Laporan pembuatan Tahu..  dari mata kuliah teknologi pengolahan legum dan serealia. jadi praktikumnya itu pengolahan kacang-kacangan yaitu kacang kedelai. DAN ternyata buat tahu itu simpel banget ternyata. dan bisa dibuat dirumah loh...

Maaf sekali gak ada gambarnya... soalnya udah kehapus dilabtopku. tapi hasilnya tu kaya tahu-tahu yang dijual dipasaran lohhhh






LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LEGUM DAN SEREALIA
“Pembuatan Tahu dengan Berbeda Konsentrasi Koagualan



KELOMPOK 2 SHIFT 1:

ARIANA PRATIWI                                D1C1 14 063
ELVI JULI FIRDANI                             D1C1 14 084
HAYATUN NUFUSI                              D1C1 14 094
MUH ISFAN UMAR                              D1C1 14 108
MUSTIKA RANGGAWATI                  D1C1 14 110
SOLODIUS HOLUKE                            D1C1 14 151
ADINDA OKTAVIANI                         Q1A1 15 002
MUH RIPAY TOHAMBA                      Q1A1 15 080
WINDI MISRAWATI                             Q1A1 15 138
KIKI FATMALA                                     Q1A1 15 259
IIN TRISNI INDRIANI                          Q1A1 15 269
LILIS RATNASARI                               Q1A1 15 270


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Tahu merupakan salah satu produk kedelai. Produk tersebut dibuat dari bahan utama kedelai dengan teknologi sederhana.Tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik danmempunyai komposisi asam amino paling lengkap yang diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85%- 98%).
Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam asetat (cuka). Penggumpalan protein oleh asam asetat akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein.Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu.
Dipasaran terdapat banyak sekali produk tahu dengan kualitas yang berbeda-beda. Salah satu parameter yang digunakan oleh orang-orang untuk menentukan baik atau tidaknya suatu produk tahu adalah teksturnya. Masyarakat cenderung menyukai tahu yang teksturnya kenyal dan tidak terlalu lembek. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tahu antaralain adalah jenis koagulan, konsentrasi koagulan, jenis protein dan metode pengepresan.Untuk menentukan baik atau tidaknya tekstur tahu maka dilakukanlah praktikum ini  tentang  Pembuatan tahu dengan berbeda konsentrasi koagualan yaitu konsentrasi koagulan 4% dan 2% dimana koagulan yang digunakan ialah asam asetat (cuka).

1.2. RumusanMasalah
Rumusan masalah praktikum ini yaitu Bagaimana pengaruh penambahan konsentrasi koagulan 2% dan 4% terhadap tekstur tahu?

1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk menentuka pengaruh penambahan konsentrasi koagulan 2% dan 4% terhadap tekstur tahu. Manfaat dari praktikum ini adalah memberikan pengetahuan baru tentang konsentrasi koagulan yang digunakan terhadap tekstur tahu.



II. TINJAUAN PUSTAKA
            Kedelai (Glycine Max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, yang saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan baku industri non pangan. Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat populer didalam kalangan masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengkonsumsi makanan olahan dari kedelai salahsatunya tahu (Cahyadi, 2007 dalam Minartin, 2016). Tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85%98%). Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan.Namun, dengan harga yang lebih murah,  masyarakat  cender ung lebih memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi (Widyaningrum).
Tahu merupakan produk makanan olahan yang berasal dari hasil penggumpalan protein sari kedelai. Penggumpalan protein ini berdasarkan titik isoelektrik protein kedelai yang berkisar antara pH 4,5. Produk olahan kedelai pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu produk makanan nonfermentasi dan produk makanan fermentasi. Produk non fermentasi berupa tahu, susu kedelai dan kembang tahu. Sedangkan produk makanan fermentasi yaitu kecap, tempe, tauco dll (Nakai dan Modler, 1999 dalam Yulistiani et al., 2013).
            Tahu  diproduksi  dengan  memanfaatkan  sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan asam (cuka). Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh Pada pembuatan tahu diperlukan koagulan  untuk memadatkan bubur kedelai, seperti asam asetat bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu (Wiidyaningrum, 2015).
            Gelasi protein terjadi ketika koagulan ditambahkan kedalam sari kedelai. proses ini disebut dengan koagulasi protein (Obatulu, 2007 dalam Syah et al., 2012). pada tahap ini, jenis koagulan, konsentrasi koagulan dan suhu koagulasi merupakan variabel yang mempengaruhi keberagaman tekstur curd kedelai. konsentrasi koagulan yang ditambahkan serta suhu yang tambahkan pada saat penambahan koagulan akan mempengaruhi kecepatan proses koagulasi dan agregasi protein menjadi curd. pada konsentrasi dan suhu tinggi koagulasi dan agregasi berlangsung cepat. kecepatan koagulasi protein akan mempengaruhi banyaknya protein yang menyatu membentuk maktris curd dan kemampuan maktris protein untuk mengikat komponen lain khususnya air yang pada akhirnya akan mempengaruhi tekstur curd yang dihasilkan (Milewski, 2001 Dalam Syah et al., 2012 ).
            Meskipun penyebab perbedaan tekstur Curd telah banyak dipelajari, namun hubungan antara perbedaan tekstur tersebut terhadap komposisi dan jenis protein yang terkandung didalam curd belum banyak dipelajari. proses koagulasi yang mengendapkan protein sehingga terbentuk curd dengan berbagai macam tekstur kemungkinan juga menghasilkan curd dengan profil protein yang berbeda (Syah et al., 2012)

















III. METODE PENELITIAN
3.1.  Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari. Praktikum ini dilakukan pada Sabtu, 23 Desember 2017 pukul 09.00 WITA – 11.00 WITA.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kedelai, asam asetat (cuka) dan air. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah panci, blender, kain saring, alat pengepres tahu, kompor, thermometer,  baskom, sendok pengaduk dan gelas ukur.

3.3. Prosedur penelitian
Prosedur pengolahan kacang kedelai menjadi tahu adalah sebagai berikut:
1.      200 g kacang kedelai dicuci bersih
2.      Direndam dalam air (suhu ruang) selama 6 jam
3.      Bilas dan tiriskan kacang kedelai
4.      Tambahkan 1200 mL air dan hancurkan menggunakan blender
5.      Tambahkan 800 mL air kekedelai yang telah dihancurkan
6.      Didihkan jus kedelai selama 3 menit, selama pendidihan campuran terus diaduk
7.      Saring jus kedelai sehingga didapatkan sari kedelai tanpa padatan
8.      Menambahkan koagulan asam asetat 2% pada suhu 80oC
9.      Aduk selama 10 menit
10.  Menyaring protein yang menggumpal, gumpalan protein dimasukan kedalam alat pengepres tahu sehingga membentuk tahu



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
            Berdasarkan praktikum hasil praktikum ini dapat diliohat pada gambar dibawah ini




Gambar 1. Tahu dengan konsentrasi koagulan 4 %
Gambar 2. Tahu dengan konsentrasi koagulan 2 %
 


4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, kedelai yang sudah ditimbang sebanyak 200 gram dicuci bersih dan direndam selama 6 jam. Kedelai yang sudah direndam mengalami pembengkakan karena menyerap air sehingga lebih mudah saat digiling dengan blender, setelah itu kedelai dicuci dan ditambahkan air sebanyak 1200 mL untuk diblender. Setelah diblender sampai halus jus kedelai ditambahkan air sebanyak 800 mL. Setelah ditambahkan air, kedelai direbus sampai mendidih, tujuannya untuk mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam. Jus kedelai yang sudah mendidih ditandai dengan adanya gelembung-gelembung uap. Setelah mendidih jus kedelai disaring menggunakan kain saring, sehingga sari dan ampasnya terpisah kemudian diukur suhunya. Setelah suhu menurun sampai 80oC, ditambahkan koagulan asam asetat 2% dan diaduk-aduk selama 10 menit.
            Selama proses pengadukan, protein mulai berubah menjadi gumpalan gumpalan. Asam asetat yang ditambahkan kedalam sari kedelai menyebabkan proses koagulasi sehingga protein mengendap dan berubah menjadi gumpalan. Gumpalan tersebut merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Menurut Milewski, 2001 Dalam Syah et al., 2012 . Konsentrasi koagulan yang ditambahkan serta suhu yang tambahkan pada saat penambahan koagulan akan mempengaruhi kecepatan proses koagulasi dan agregasi protein menjadi curd. pada konsentrasi dan suhu tinggi koagulasi dan agregasi berlangsung cepat. kecepatan koagulasi protein akan mempengaruhi banyaknya protein yang menyatu membentuk maktris curd dan kemampuan maktris protein untuk mengikat komponen lain khususnya air yang pada akhirnya akan mempengaruhi tekstur curd yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil praktikum ini diperoleh tahu dengan konsentrasi koagulan asam asetat 2% yang lebih padat dan lebih kenyal dibanding tahu yang diberi koagulan asam asetat 4%. Selain konsentrasi koagulan yang berbeda, proses penyaringan dan pencetakan juga menyebabkan perbedaan tekstur tahu. Pada saat penyaringan, tahu yang terbentuk sedikit bulat sehingga dilakukan beberapa kali penyaringan ulang sampai kadar air yang terdapat didalamnya betul-betul berkurang. Setelah disaring, tahu dimasukan kedalam wadah sebagai pengganti cetakan pengepres tahu sehingga bentuknya tidak beraturan. Setelah beberapa saat tahu dimasukan kedalam pengepres tahu, dan pada saat dikeluarkan dari cetakan tahu mengalami kerusakan fisik hal ini dikarenakan tutup alat pengepres tahu tersebut rusak dan tertahan, sehingga praktikan menarik kain saring agar penutup alat pengepres tersebut dapat terbuka. Seharusnya pada saat memasukan tahu kedalam cetakan kain saring diatur sehingga tidak mengganjal penutup alat.
Ditinjau dari segi kualitas, tahu dengan konsentrasi 4% dan dengan kain saring dan perlakuan pencetakan yang berbeda menghasilkan bentuk tahu yang lebih baik dibanding konsentrasi 2%. Tekstur tahu yang baik adalah kenyal ideal, kompak dengan gumpalan berukuran besar sehingga mempermudah proses pengerpresan dan menghasilkan tahu dengan tekstur yang baik. Penggumapalan protein akan maksimal pada temperatur 80º - 90º C pada kondisi pH 4-5, tetapi pH ideal adalah 4,7. pada praktikum ini Tingkat kekenyalan konsentrasi koagulan 2% lebih kenyal dibandingkan Tahu dengan konsentrasi koagulan asam asetat 4%. sedangkan Tingkat kehalusan konsentrasi koagulan 4% lebih halus dibandingkan Tahu dengan konsentrasi koagulan asam asetat 2%. perbedaan ini tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi koagulan tetapi juga jenis proteinnya. menurut Mujoo et al (2003) kandungan protein 11S dan rasio 11S/7S pada kedelai dilaporkan memberikan korelasi positif terhadap kkerasan gel dari protein kedelai.
Penelitian Syah et al, (2012) tentang pengaruh koagulan dan kondisi koagulan terhadap profil protein curd kedelai serta korelasiya terhdap tekstur mendapatkan bahwa profil tekstur curd yang diwakili oleh variabel kekerasan, kohesivitas dan daya kunya secara nyata dopengaruhi oleh jenis koagulan, konsentrasi koagulan dan suhu koagulasi.


V. PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan konsentrasi koagulan menghasilkan tekstur yang berbeda. Konsentrasi koagulan 2% menghasilkan tahu yang lebih kenyal dibanding konsentrasi koagulan 4% namun sebaliknya Konsentrasi koagulan 4% menghasilkan tahu yang lebih halus dan bentuk lebih baik dibanding konsentrasi koagulan 2%. Perbedaan ini dipengaruhi oleh  konsentrasi koagulan, jenis protein, suhu koagulasi dan metode pengepresan.
5.2.  Saran
   Saran dari praktikum ini adalah  sebaiknya pada saat penyaringan menggunakan kain saring yang biasa digunakan dalam penelitian bukan kain lain dan juga sebaiknya praktikan menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti cetakan tahu.





DAFTAR PUSTAKA
Yulistiani, R., Mulyani, T., dan Novitasari, W. 2013. Peningkatan Kualitas Tahu dengan Penggunaan Karagenan dan Asam Sitrat. Jurnal Rekapangan Vol. 7 (2).
Minartin. 2012. Analisis Persediaan Kedelai Sebagai Bahan Baku Pembuatan Tahu. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo: Kendari.
Chang KC. 2006. Chemistry and tecnology of tofu making. in hui YH. (Eds). Handbook of food science, Technology and Engineering. 4:1-24. CRC Press, Boca Raton.
Milewski S. 2001. Protein Structure and physicochemichal properties. in sikorski ZE (Eds). Chemical and Functional properties of food proteins. P 35-55. Technomic publishing Company, Inc, Lancaster Pennysylvania.
Mujoo R. Trinh DT, Ng PKW. 2003. Charakterization of storage proteins in do\ifferent soybean varietas and their relationship to tofu yield and texture. J Food Chem 82:265-273
Obatolu VA. 2007. Effect of different coagulants on yield and quality of tofu from soymilk. J Eur Food Res and Tech 226:467-427.
Syah D, RH.F. Faradilla, V. Trisna dan Y. Karsono. 2012. Pengaruh koagulan dan kondisi koagulasi terhadap profil protein curd kedelai serta korelasinya terhadap tekstur. J. Teknol. dan Industri Pangan, 23(1):94-99
Widyaningrum I. 2015. Teknologi pembuatan tahu yang ramaha lingkungan (bebas limbah). JURNAL DEDIKASI, 12:14-21






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Hay... guys Assalamualaikum... kali ini aku mau posting Review jurnal dengan judul K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja )  yang merupakan  t...