Jadi gini tugasnya,,, Simple sih hanya disuruh bahas Topik ajah.. dan kebetulan Topik untuk kelompokku yaitu KERUSAKAN FISIOLOGI.
Ini Makalahnya kalau PPT Klik DISINI
FISIOLOGI PASCA PANEN
"Kerusakan Fisiologi pada Produk Pasca Panen"
OLEH :
KELOMPOK 31 (KELAS Q1A1-C)
LILIS
RATNASARI :Q1A115270
IIN
TRISNI INDRIANI :Q1A115269
DAYAN AULIYA :
Q1A1 15271
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi Wabarakatu
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang mana atas
karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelasikan makalah ini dengan
judul “Kerusakan Fisiologis Pada Produk Pascapanen”.
Meskipun terdapat kendala dan kesibukan penulis sebagai seorang mahasiswa,
makalah ini akhirnya terselesaikan dengan baik.
Bahan pangan merupakan salah satu produk hasil pertanian yang
sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Selama masih ada kehidupan
di dunia, manusia tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan bahan pangan.
Bahan pangan secara umum bersifat mudah rusak. salah satu penyebab kerusakan adalah
kerusakan yang disebabkan Fisiologis bahan pangan sendiri.
Penulis
sadar penulis memiliki keterbatasan dalam kemampuan menyusun makalah, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa di harapkan. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.
Wassalamualaikum
Kendari, 05 Januari 2018
tim
penulis
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Buah dan sayuran pascapanen merupakan produk hidup yang
masih aktif melakukan aktifitas metabolismenya. Hal ini dicirikan dengan adanya
proses respirasi yang masih berjalan seperti halnya sebelum produk tersebut
dipanen. Keragaman akan laju respirasi pascapanennya sering dijadikan sebagai
indikator tingkat laju kemunduran dari produk tersebut. Semakin tinggi tingkat
laju respirasinya maka semakin cepat laju kemunduran dan semakin cepat kematian
yang terjadi.
Disamping itu, keragaman akan kondisi fisik-morfologis buah
dan sayuran mencirikan pula akan kepekaannya terhadap kerusakan mekanis dan
patologis. Kerusakan mekanis meliputi benturan (impact), tekanan (compression)
dan getaran (vibration). Kerusakan patolgis adalah diakibatkan oleh
serangan mikroorganisme patogenik terutama oleh cendawan dan bakteri. Kondisi fisik-morfologis
produk juga berpengaruh terhadap traspirasi atau penguapan air dari produk itu
sendiri. Karakteristik warna, tekstur dan
aroma serta pemajangan yang menarik memberikan kesan produk tersebut segar dan
sering dijadikan indicator kelayakan produk tersebut untuk dibeli oleh
konsumen. Jenis yang beragam produk hortikultura segar mulai dari sayuran daun,
buah, umbi-umbian serta bunga potong memberikan ruang display kesan tersendiri
bagi pembeli bila diatur dengan baik.
Kerusakan
pangan adalah setiap perubahan sifat-sifat fisik, kimiawi atau
sensorik/organoleptik yang ditolak oleh konsumen pada bahan pangan yang masih
segar maupun yang telah diolah. Jika terjadi perubahan pada bahan makanan
sehingga nilainya menurun, maka dinyatakan makanan tersebut telah rusak atau
membusuk. Perubahan yang nyata terlihat dari perubahan sensorik
(penampakan, konsistensi, bau dan rasa), sehingga konsumen
menolak. Bahan makanan yang busuk atau rusak dinyatakan sebagai
tidak layak dikonsumsi atauunsuitable for human consumption. Kerusakan
pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat
diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa
digunakan oleh manusia. Beberapa bahan dianggap bila telah menunjukan penyimpangan
konsistensi kental menjadi encer,maka itu menandakan kerusakan. Berdasarkan penyebabnya, kerusakan bahan
makanan di kelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu: kerusakan mikrobiologis,
kerusakan fisiologis, kerusakan kimia, kerusakan fisik, kerusakan biologis.
Berdasarkan
uraian diatas maka dibuatlah makalah ini tentang kerusakan bahan makanan, namun
hal ini hanya akan membahas kerusakn fisiologis pada produk holtikultura, mulai
dari pengertian, faktor-faktor yang
mmepengaruhi, dampak hingga cara mencegahnya.
1.2. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Apa Pengertian dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keruskan fisiologi ?
2.
Bagaimana proses kerusakan Fisiologi
pada produk holtikultura ?
3.
Bagaimana Ciri-ciri atau dampak
kerusakan fisiologi ?
4.
Bagaimana cara atau metode untuk
mencegah kerusakn fisiologi ?
1.3. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
untuk mengetahu Pengertian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan
fisiologi
2.
untuk mengetahui proses kerusakan Fisiologi
pada prosuk holtikultura
3.
untuk mengetahui Ciri-ciri atau dampak
kerusakan fisiologi
4.
untuk mengetahui cara atau metode untuk
mencegah kerusakn fisiologi
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan
faktor-faktor yang mempengatuhi keruskan fisiologis
Kerusakan
fisiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme
dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah
sehingga terjadi proses autolysis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Kerusakan fisiologis dapat mempunyai 2
type yaitu: disebabkan
oleh kondisi pada proses pertumbuhan dan bersumber
pada kondisi lingkungan selama transportasi dan penyimpanan.
Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan
tersebut dipanen. faktor-faktor Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme; (2)
Aktivitas enzim dalam bahan pangan; (3) suhu baik suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara
khususnya oksigen; (5) kadar air dan kekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga,
parasit serta pengerat. Pengawetan pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk
memperkecil atau menghilangakan faktor-faktor perusak tersebut. Setelah dipanen produk hasil pertanian tetap
melakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas
fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami perubahan yang tidak dapat
dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari
perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau pembusukan pada produk hewani. Susut ”losses” kualitas dan
kuantitas produk hasil pertanian terjadi sejak pemanenan hingga dikonsumsi. Besarnya susut sangat tergantung pada
jenis komoditi dan
cara penanganannya selepas panen. Untuk mengurangi susut ini petani/pedagang
(1) harus mengetahui factor
biologis dan lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya kerusakan, (2) menguasai
teknik penanganan pasca panen yang dapat menunda kelayuan atau kebusukan dan menjaga
kualitas pada tingkatan tertentu yang mungkin dicapai. Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan
nabati seperti buah-buahan
dan sayuran adalah : respirasi, produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor
lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah senantiasa
2.2. Proses Terjadinya
Kerusakan Fisiologis
Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh reaksi-reaks metabolism dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang
terdapat didalamnya secara alamiah sehingga terjadi peroses autolisisyang
berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Kerusakan biologis adalah kerusakan
yang diakibatkan oleh serangga dan binatang pengerat, burung dan hewan
lain seperti tikus, anjing dan lain-lain. Kerusakan fisiologis umumnya terjadi
akibat reaksi enzimatik pada sayur, buah, daging, ayam dan pangan. Laju
kerusakan biologis dipengaruhi oleh kadar air, suhu penyimpanan, oksigen,
cemaran mikroorganisme awal dan kandungan gizi pangan terutama protein dan
lemak. proses
terjadinya kerusakn fisiologis sebagai berikut.
1.
Karbohidrat
tersimpan yang dihasilkan oleh proses fotosintesis tidak lagi dihasilkan (pada
kebanyakan produk) setelah panen. Maka penggunaan karbohidrat ini setelah panen
akan menurunkan nilai produk sebagai sumber karbohidrat dan beberapa perubahan
mutu akan terjadi.
2.
Oksigen
(O2) dibutuhkan untuk proses respirasi. Suplai O2 harus dijaga untuk tetap
terjadi ke dalam sel produk jika diinginkan produk tersebut masih tetap hidup.
3.
Karbondioksida
(CO2) dihasilkan. Gas ini harus dilepaskan, biasanya dengan pengaturan
ventilasi yang baik.
4.
Air
(H2O) dihasilkan. Air ini berpengaruh terhadap komposisi dan tekstur dari
produk.
Respirasi memproduksi panas. Setiap gram berat molekul
glukosa yang direspirasikan menghasilkan 673 joules energi panas. Panas yang
dihasilkan ini menyebabkan masalah selama pendistribusian produk hortikultura
tersebut. Jaringan tanaman muda mempunyai laju respirasi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang telah dewasa. Produk seperti brokoli, jagung manis,
asparagus, buncis polong hijau dan bunga potong mempunyai laju respirasi yang
tinggi. Laju respirasi untuk setiap produk tersebut ditentukan oleh suhu dari
produk tersebut.
Ada dua pola umum respirasi dijumpai pada buah selama fase
pemasakannya. Yang pertama adalah pola klimakterik dan yang kedua adalah
non-klimakterik. Karakteristik pola respirasi klimakterik dicirikan oleh adanya
peningkatan signifikan laju respirasi saat mulainya proses pemasakan
(ripening). Peningkatan berlanjut sampai tercapainya puncak klimakterik.
Sayuran sering dipanen dari tanaman induknya sebelum siklus
perkembangan hidupnya penuh (seperti selada, mentimun, asparagus, wortel). Kebanyakan
kelompok sayuran tidak mempunyai periode pemasakan dan tidak menunjukkan
peningkatan respirasi tiba-tiba seperti halnya pola klimakterik. Tomat,
capsicum dan melon walau diklasifikasikan sebagai sayuran, namun melakukan
proses pemasakan.
2.3. Ciri-ciri
atau dampak keruskan fisiologis
Ciri-ciri
kerusakan fisiologis dapat dikarakteristik oleh panca indra manusia, namun
biasanya kerusakan fisiologi yang sedikit lebih dapat ditoleransi keruskannya,
dibandingkan kerusakan lainnya. ciri-ciri kerusakan fisiologi ialah sebagai
berikut :
1). perubahan warna
Perubahan
warna buah tomat disebabkan oleh gas etilen. Pada buah-buahan dapat terjadi
reaksi kimia seperti melakukan respirasi sehingga menimbulkan gas CO2,
panas dan gas etilen. Gas etilen ini akan mempercepat pematangan buah. setlah mengalami
masak fisiologis prosuk holtikultura sebagian besar berubah warna. Perubahan
warna pada produk holikultura yang tadinya orange atau merah menjadi
coklat disebabkan karena produksi
senyawa kimia pahit yang disebut tannin.
2).
perubahan
bentuk
Ketika
respirasi terus berlanjut, kandungan air akan terus menguap sehingga lama
kelamaan Kadar air berkurang sehingga menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk.
perubahan ukuran dan bentuk ini diawali dengan penurunan
bobot.
3). perubahan tekstur
Tingkat kekerasan buah
berhubungan dengan sistem jaringan kulit yang diwakili oleh epidermis sebagai
pelindung luar buah. Pertukaran gas, kehilangan air, dan kerusakan mekanis,
ketahanan terhadap tekanan dan perubahan kekerasan semuanya dimulai dari
permukaan buah. Daging buah menjadi lunak karena adanya degradasi pectin dan
hemiselulosa pada buah. Selama
proses pematanganan penyimpanan buah sebagian protopektin tidak larut dalam air
berubah menjadi pectin yang larut dalam air sehingga menurunkan kohesi dinding
sel yang mengikat sel satu dengan yang lain akibatnya kekerasan buah akan
menurun dan buah menjadi lunak.
4). perubahan rasa
Rasa
manis pada buah dikarenakan kandungan karbohidrat yang ada pada buah diurai
menjadi gula sederhana yang dapat terjadi melalui reaksi kimia maupun biologis. Ketika pati telah
diubah menjadi glukosa, glukosa diubah menjadi energi pada proses metabolisme
sehingga lama kelamaan rasa manis berkurang. Kemudian terbentuk senyawa kimia
tanin yang memiliki rasa pahit.
5). perubahan aroma
Ketika
terus terjadi respirasi maka lipid akan teroksidasi,
senyawa karbon rantai pendek dibentuk, senyawa ini memiliki bau dan rasa yang
sangat kuat. bau yang dihasilkan dari jenis pembusukan yang tajam bisa seperti
bau amis.
6). peningkatan zat-zat tertentu, misalnya tanin.
2.4. Metode pencegahan kerusakan Fisiologis
pada produk holtikultura
Penelitian-penelitian mengenai penyimpanan buah bertujuan untuk
mencapai umur simpan
semaksimal mungkin. Untuk itu biasanya dilakukan kombinasi beberapa perlakuan.Usaha yang dapat
dilakukan untuk dapat memperlambat pematangan buah dan sayur adalah memperlambat
respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk. Beberapa cara yang dapat
diterapkan antara lain pendinginan, pembungkusan dengan polietilen, penambahan
bahan kimia dan
modifikasi udara terkontrol.
1. Pendinginan
Penyimpanan di bawah suhu 15ÂșC dan di atas titik beku bahan dikenal sebagai penyimpanan dingin (chilling
storage). Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temperatur
yang optimum untuk mempertahankan
mutu dan kesegaran. Temperatur optimum dapat menyebabkan kerusakan karena pendinginan (chilling injury).
Kerusakan pendinginan dari buah pisang pada temperatur kritis (13ÂșC) adalah warna kusam,
perubahan cita rasa dan tidak bisa masak. Kondisi optimum pengundangan bagi buah
pisang adalah 11 – 20ÂșC dan RH 85 – 95 persen. Pada kondisi ini metabolisme
oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna. Pendinginan tidak mempengaruhi kualitas
rasa, kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan
terhenti.
Prinsip dasar penyimpanan pada suhu rendah :
• Menghambat
pertumbuhan mikroba
• Menghambat
reaksi-reaksi enzimatis, kimiawi dan biokimiawi
2. Pengemasan dengan polietilen (PE)
Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus
pada bahan yang akan
didinginkan. Salah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan
plastik. Berdasarkan
penelitian Scott dan Robert (1987) penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong
polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari pada suhu 20ÂșC.
Kemasan polietilen dapat menghambat
respirasi Hal ini karena pada waktu yang sama
terjadi proses penyerapan oksigen (O2) oleh produk yang digunakan untuk
respirasi dan proses pelepasan karbondioksida (CO2) hasil respirasi bahan kemasan. Oleh karena
itu, diperlukan bahan kemasan yang mempunyai permeabilitas baik untuk
mengoptimalkan kesegaran produk kemasan, salah satunya dengan pemakaian bahan
plastik dimana bahan ini mempunyai permeabilitas tertentu, sesuai dengan jenis
dan ketebalannya.
3. Pelapisan Buah dengan
Emulsi Lilin
Pelapisan
lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari
buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim
pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya yang
diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang
lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk
dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
4. Penggunaan
Kalium Permanganat (KMn04)
Larutan Kalium Permanganat (KMnO4) adalah oksidator kuat yang dapat mengoksidasi etilen yang berada pada lingkungan buah dalam
penyimpanan. Dari hasil penelitian di Malaysia ternyata buah pisang Mas
memerlukan zat penyerap etilen dan perlu disimpan dalam unit pendingin agar tahan
tetap hijau sampai 6 minggu. Macam-macam bentuk penyerap etilen telah dicoba, seperti
blok campuran vermiculate dan semen dengan perbandingan 3 : 1 yang dicelupkan
dalam larutan KMn04 dapat dipergunakan sebagai bahan penyerap etilen, atau blok-blok
campuran lempeng dan semen yang dicelup larutan KMnO4.
Suatu preparasi komersial zat penyerap yang disebut purafil (KMn04 alkalis dengan
silikat) sebagai pendukung (carrier) yang dihasilkan oleh Marbon Chemical Company, ternyata mampu menyerap keseluruhan etilen yang
dikeluarkan oleh buah pisang yang
disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat. Dalam penelitian pengawetan
pisang Ambon yang dilakukan dengan menggunakan KMn0 1.5 persen dengan
penyimpanan selama 14 hari mutu pisang masih tetap baik. Penggunaan KMn04 dianggap
mempunyai potensi yang paling besar karena KMn04 bersifat tidak menguap sehingga dapat disimpan berdekatan dengan
buah tanpa menimbulkan kerusakan buah.
5. Pencelupan
dengan larutan CaCl2
Salah
satu cara memperpanjang lama umur simpan dengan mempertahankan kandungan
vitamin C adalah dengan pemberian bahan kimia secara eksogen, yaitu pemberian
kalsium klorida (CaCl2). Menurut Ferguson dan Drobak (1988), Kalsium (Ca) telah
diketahui dapat memperpanjang daya simmpan buah melalui penghambatan pemasakan
buah. Adanya garam kalsium akan menghambat proses hidrolisis pati
Tempatkan buah dan sayur di dalam keranjang kawat, kemudian
celupkan ke dalam larutan CaCl2 (pada konsentrasi 4 dan 8%) selama 30-60 detik.
Angkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering, agar pelapisan merata
pada seluruh permukaan kulit. Simpan pada suhu ruang dan dalam lemari es. Lakukan pengamatan terhadap warna, tekstur, penampakan bahan,
penurunan berat, perubahan pH dan todal padatan terlarut setiap minggu selama 4
minggu. Lakukan juga penyimpanan bahan tapa perlakuan sebagai kontrol. Gambarkan
penurunan berat, perubahan pH dan perubahan total padatan terlarut bahan yang
terjadi selama masa penyimpanan dengan waktu dalam bentuk kurva. Berikan interpretasi
yang diamati
selama penyimpanan.
6. Modifikasi Udara Terkendali
Salah satu cara untuk menurunkan laju kemunduran adalah dengan
memodifikasi konsentrasi gas O2 dan CO2 di lingkungan atmosfer sekitar produk
dengan menggunakan pengemas plastik dengan permeabilitas tertentu yang dikenal
sebagai modified atmosphere packaging (MAP), sehingga respirasi dapat
diturunkan pada kondisi minimum yang mana dapat memperlambat laju kerusakan
fisiologis produk dan masa simpan dapat diperpanjang.Teknik penyimpanan CA
Storage, merupakan penemuan yang sangat penting dalam
sistem pasca panen hasil hortikultura buah dan sayuran. Teknik ini bila dikombinasikan dengan teknik
pendinginan akan mampu mencegah aktivitas pernapasan dan mungkin akan dapat
menghambat prsoes pengempukan, penguningan dan kemunduran mutu.
Suhu udara dalam CA Storage dapat diatur dan dipertahankan dengan
berbagai cara dan
jalan. Salah satu cara yang sederhana yaitu dengan menempatkan komoditi tersebut dalam ruang yang
kedap udara. Karena terjadi pernapasan dan konsentrasi O2 menurun, kadar CO2 dapat juga diatur menurut dosis yang dikehendaki dengan cara penggunaan senyawa penyerap
CO2 biasanya digunakan NaOH. CA
Storage, khususnya bila konsentrasi CO2 meningkat tinggi sekali.
Cara lain ialah udara yang konsentrasi gas-gasnya telah diatur khususnya
CO2 dan O2 dihembuskan ke dalam ruang penyimpanan. Tetral (total environment
control), telah mengembangkan
system kontrol atmosphere. CO2 diproduksi dari hasil pembakaran gas alam. CA Storage dapat
berhasil pada penyimpanan asparagus (karena mampu mencegah pengerasan dan
pembusukan), tomat (mampu menghambat laju pematangan), lettuse
atau salada, secara khusus mampu mencegah timbulnya noda-noda coklat yang disebut
“russet spotting”.
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kerusakan
fisiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme
dalam bahan atau oleh enzim-enzim yang terdapat didalamnya secara alamiah
sehingga terjadi proses autolysis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. dampak akibat kerusakn fisiologis yaitu Perubahan
warna, Perubahan
bentuk, Perubahan
ukuran Perubahan
tekstur, Perubahan rasa, Perubahan aroma dan Peningkatan zat-zat tertentu. beberapa cara mencegah keruskan fisiologi yaitu Pendinginan, Pengemasan dengan polietilen (pe), Pelapisan buah dengan emulsi
lilin, Penggunaan kalium permanganat (KMnO4), Pencelupan dengan larutan CaCl2 dan Modifikasi komposisi udara penyimpanan.
3.2. Saran
Saran kami pada pembaca dan
penulis makalah selanjutnya yaitu sebaiknya ditambahkan skema proses kerusakan
fisiologi pada produk tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Teknologi Pengawetan Bahan Segar. 2006. Ebookpangan.Com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar