Sabtu, 20 Januari 2018

LAPORAN PENGAWASAN MUTU DAN SERTIFIKASI PANGAN



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGAWASAN MUTU DAN SERTIFIKASI PANGAN
"Penentuan Mutu Kacang-kacangan, Jagung dan Kakao"



 







OLEH
KELOMPOK IV TPG-B 2014
                                    LILIS RATNASARI             : Q1A1 15 270
                                    IIN TRISNI INDRIANI        : Q1A1 15 269
                                    RESKI                                                : D1C1 14 070
                                    S.T. RAHMI N.                      : D1C1 14 059
                                    DINDA AISYAH                  : D1C1 14 054
                                    NUR SAKINAH ADNAN    : D1C1 14 060
                                    ANDI DAHLAN                   : D1C1 14 058
                                    NOVI NURISKANIA                       : D1C1 13 099
                                    ARIANA PRATIWI              : D1C1 14 063
                                    HASKAN                               : D1C1 14


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
I.       PENDAHULUAN
A.    Tujuan Praktikum
1.      Mengidentifikasi kacang-kacangan
2.      Mengetahui standar mutu dari kacang-kacangan
3.      Mendeskirpsikan tanda-tanda kerusakan kacang-kacangan
B.     Latar Belakang
Kacang-kacangan merupakan sumber protein dan lemak nabati sebagai pangan yang kaya akan gizi, tetapi mengandung pula komponen yang merugikan kesehatan (anti zat gizi antara lain : tripshin inhibitor). Sebelum di lakukan proses pengolahan terhadap kacang-kacangan perlu di lakukan pemilihan bahan baku, karena akan mempengaruhi proses selanjutnya dan mutu produk yang di hasilkan. Tahap awal dari proses pengolahan kacang-kacangan adalah pencucian dan perendaman.
Dalam memilih mutu kacang-kacangan dapat di lakukan dengan menggunakan Standar Kreteria Mutu seperti Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.
Didalam kacang-kacangan yang biasa di jadikan standar Nasional Indonesia adalah persentasi dari butir belah, butir rusak, butir kriput, butir warna lain, dan kotoran. Butir belah adalah butir yang kulit bijinya terlepas dan keeping-keping bijinya terlepas atau tergeser, butir keriput adalah biji yang beurubah bentuknya dan kriput termasuk biji yang sangat muda dan atau tidak sempurna perubahannya, butir rusak adalah biji kacang yang berlubangbekas serangan hama, pecah,karna mekanis, biologis, fisik dan enzimatis, seperti berkecambah, busuk, bau tidak di sukai, berubah warna, maupun bentuk, butir warna lain adalah butir kacang yang berwarna lain dari warna aslinya di sebakan varietaass lain, benda asing atau di sebut dengan kotoran adalah seperti pasir, tanah, potongan batang dan potongan daun kulit polong dan biji-ijian lain. Hal ini yang biasa mempengaruhi mutu suatu kacang-kacangan yang bisanya bias dalam mutu I, II, III dan IV. Semakin banyak jumlah kacangan yang rusak maka mutu kacangan terebut semikin rendah.
Berdasarkan paragraph di atas maka kami  melakukan penyortiran untuk mengetahui mutu beberapa kacang-kacangan, jagung dan kakao yang dipasarkan di pasar kota kendari. Apakah telah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) ataupun sebaliknya.





A.    ALAT  DAN BAHAN
Alat
Ø  Timbangan
Ø  Gelas ukur
Ø  Sendok makan
Ø  Piring kecil
Bahan
Ø  Kacang kedelai
Ø  Kacang hijau
Ø  Kacang tanah
Ø  Kacang merah
Ø  Jagung
Ø  Kakao
B.     PROSODUR KERJA
1.      Mengidentifikasi nama kacang-kacangan
a.       Menentukan nama-nama kacang-kacangan dan jagung
b.      Mengamati secara organoleptik ( warna, aroma dan  tekstur ) dari kacang-kacangan
2.      Mengamati sifat fisik dari kacang-kacangan
a.       Berat
Menimbang kacang-kacangan dalam URT { Ukuran Rumah Tangga = gls (gelas minum 240 ml), sdm (sendok makan) (pak dan bungkus) }
b.      Densitas kamba (Berat/Vol)
a).    Memasukan biji kacang kedalam gelass ukur sampai volumenya mencapai 100 mL.
b).    Mengusahaakan pengisian sampai  benar-benar padat.
c).    Mengeluarkan semua bahan dari gelas ukur dan timbang beratnya
d).   Menyatakan densitas kama bahan dalam g/mL
3.      Persentasi jenis butir kacang
a).    Menimbang beberapa gram ahan secara acak.
b).    Memisahkan butir utuh, rusak, warna lain, kriput dan kotoran.
c).    Menimbang masing-masing pisahan butir.
d).   Menghitung persentasenya (%).
e).    Mendeskripsikan tanda-tanda keruskannya
4.      Membandingkan dengan standar mutu kacang yang ada dan tentukan mutunya.





C. HASIL
1. Kacang kedelai
a.       Densitas kamba
massa kacang kedelai        = a g
Volume kacang kedelai     = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas Kamba (100 mL)
a = 53,5 g      
b = 100 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 53,5 g/ 100 mL
                                          = 0,535 g/mL
Ø  Densitas Kamba (240 mL)
a = 167,715 g
b = 240 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 167,715 g/ 240 mL
                                          = 0,698 g/mL
b.      Satu gelas belimbing  kacang kedelai = 100 mL
c.       25 gram kacang kedelai = 130 butir = 2 sdm
d.      Tabel Kacang Kedelai
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu kacang Kedelai
1
Butir utuh
201,075 g
80,429 %
-
2
Butir belah
6,824 g
2,737 %
III
3
Butir keriput
12,300 g
4,92 %
IV
4
Butir rusak
20,500 g
8,274 %
-
5
Butir warna lain
4,510 g
1,802 %
II
6
Kotoran
4,505 g
1,91 %
III
2. Kacang Merah
a.       Densitas kamba
massa kacang merah          = a g
Volume kacang merah      = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas kamba (100 ml)
a = 77,70 g
b = 100 ml
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 77,70 g/ 100 mL
                                          = 0,777 g/mL
Ø  Densitas kamba (240 ml)
a = 107,15 g
b = 240 ml
Densitas kamba                 = a/b g/mL
                                          = 107,15 g/ 240 mL
                                          = 0,446 g/mL
b.      satu gelas belimbing  kacang merah = 100 mL
c.       25 gram kacang merah = 63 butir = 2 sdm
d.      Tabel Kacang Merah
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu kacang Merah
1
Butir utuh
157,136 g
62,100 %
-
2
Butir belah
0 g
0 %
-
3
Butir keriput
5,187 g
2,050 %
-
4
Butir rusak
0,844 g
0,330 %
-
5
Butir warna lain
89,889 g
35,5  %
-
6
Kotoran
0,388 g
0,153 %
-


3. Kacang Hijau
a.       Densitas kamba
massa kacang hijau            = a g
Volume kacang hijau        = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas  kamba (100 mL)
a = 75,02 g
b = 100 ml
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 75,02 g/ 100 mL
                                          = 0,750 g/mL
Ø  Densitas kamba (240 mL)
a = 149,60 g
b = 240 ml
Densitas kamba                 = a/b g/mL
                                          = 149,60 g/ 240 mL
                                          = 0,623 g/mL
b.      Satu gelas belimbing  kacang hijau = 100 mL
c.       25 gram kacang hijau = 630 butir = 2 sdm
d.      Tabel mutu Kacang Hijau
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu kacang Hijau
1
Butir utuh
214,968 g
85,987 %
-
2
Butir belah
0
0 %
I
3
Butir keriput
8,182 g
23,250 %
II
4
Butir rusak
9,408 g
4,620 %
III
5
Butir warna lain
11,245 g
2,498  %
-
6
Kotoran
6,197 g
2,478 %
-

4. Kacang tanah
a.       Densitas kamba
massa kacang tanah           = a g
Volume kacang tanah       = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas kamba (100 mL)
a = 61,12 g
b = 100 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 61,12 g/ 100 mL
                                          = 0,611 g/mL
Ø  Densitas kamba (240 mL)
a = 105 g
b = 240 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL
                                          = 105 g/ 240 mL
                                          = 0,438 g/mL
b.      Satu gelas belimbing  kacang tanah = 100 mL
c.       25 gram kacang tanah = 68 butir = 2 sdm
d.      Tabel mutu Kacang Tanah
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu kacang Tanah
1
Butir utuh
157,710 g
63,080 %
-
2
Butir belah
12,166 g
4,860 %
II
3
Butir keriput
58,130 g
23,250 %
-
4
Butir rusak
11,552 g
4,620 %
-
5
Butir warna lain
7,433 g
2,97  %
III
6
Kotoran
3,004 g
1,200 %
III

5. Jagung
a.       Densitas kamba
massa jagung                     = a g
Volume  jagung                 = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas kamba (100 mL)
a = 72,00 g
b = 100 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 72 g/ 100 mL
                                          = 0,720 g/mL
Ø  Densitas  kamba (240 mL)
a = 189,40 g
b = 240 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL
                                          = 189,40 g/ 240 mL
                                          = 0,789 g/mL
b.      Satu gelas belimbing  jagung  = 100 mL
c.       25 gram jagung = 103 butir = 2 sdm
d.      Tabel Kacang Jagung
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu jagung
1
Butir utuh
210,154 g
84,060 %
-
2
Butir belah
0 g
0 %
I
3
Butir keriput
11,730 g
4,6 %
IV
4
Butir rusak
5,233 g
2,060 %
II
5
Butir warna lain
21,933 g
8,77  %
IV
6
Kotoran
0,950 g
0,03 %
I

6. Kakao
a.       Densitas kamba
massa kakao                      = a g
Volume kakao                   = b mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
Ø  Densitas Kamba  (100 mL)
a = 47,74 g
b = 100 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL.
                                          = 47,74 g/ 100 mL
                                          = 0,477 g/mL
Ø  Densitas kamba  (240 mL)
a = 193,64 g
b = 240 mL
Densitas kamba                 = a/b g/mL
                                          = 193,64 g/ 240 mL
                                          = 0,806 g/mL
b.      Satu gelas belimbing  kakao = 100 mL
c.       25 gram kakao = 130 butir = 2 sdm
d.      Tabel mutu Kakao
No
Kriteria Mutu
Massa
Presentase
Mutu kacang Kakao
1
Butir utuh
110,052 g
44,02 %
-
2
Butir belah
15,958 g
6,380 %
-
3
Butir keriput
47,519 g
19 %
-
4
Butir rusak
14,113 g
5,64 %
II
5
Butir warna lain
62,358 g
24,9  %
-
6
Kotoran
0 g
0 %
I

D. HASIL KELOMPOK
Kel
Nama bahan
Warna
Aroma
Tekstur
Berat 1 gelas
Berat 100 mL
25 gr / sendok/biji
1
Kacang kedelai
Krem
Khas
Keras
167,715 g
53,500 g
2 sdm/ 130 biji
2
Kacang merah
Merah hati
Khas
Keras
107,15 g
77,700 g
2 sdm/63 biji
3
Kacang hijau
Hijau
Khas
Keras
149,60 g
75,020 g
2 sdm/630 biji
4
Kacang tanah
Coklat muda
Khas
Keras
105,000 g
61,120 g
2 sdm/68 biji
5
Jagung
Kuning muda
Khas
Keras
189,400 g
72,000 g
2 sdm/103 biji
6
Kakao
Coklat
Khas
Keras
193,640 g
47,740 g
2 sdm/26 biji

E. PEMBAHASAN
Pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Pengawasan mutu harus berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat industri, makin kompleks ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutu. Demikian pula, makin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat, makin besar dan makin kompleks tuntutannya akan produk pangan. Karena itu, pengawasan mutu pangan memegang peran yang sangat penting.
            Pada praktikum ini bahan yang kami gunakan adalah kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, jagung dan kakao. Kacang-kacangan adalah sebutan untuk biji yang berukuran relatif lebih besar dibandingkan serealia dan digunakan untuk bahan pangan bagi manusia dan hewan ternak. Jenis kacang-kacangan, jagung dan kakao ini di tentukan mutunya dengan penetepan standar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Beberapa yang harus di tentukan mutunya dalam stanndar nasional indonesia yaitu butir rusak, kriput, warna lain, kotoran.  Biji belah adalah biji yang kulit bijinya terlepas dan keping-keping bijinya terlepas atau bergeser. Biji rusak adalah biji yang berlubang bekas serangan hama pecah karena mekanis, biologis, fisik dan enzimatis seperti berkecambah, busuk, timbul bau yang tidak disukai, dan berubah warna atau bentuk. Butir warna lain adalah butir yang warnanya tidak sama dengan aslinya akibat campuran dengan varietas lain. Kotoran adalah benda asing seperti pasir, tanah, potongan sisa batang daun, kulit polong, biji-bijian yang lain yang bukan kedelai. Butir keriput adalah biji yang berubah bentuknya dan keriput, termasuk biji sangat muda atau biji yang tidak sempurna pertumbuhannya.
            Kacang Kedelai Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan di Indonesia, Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 , B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. kacang kedelai yang baik adalah kacang kedelai yang telah dilakukan proses pemilihan menurut Standar kriteria mutu kacang kedelai adalah sebagai berikut:
No
Kriteria mutu
Satuan
Mutu kacang kedelai
I
II
III
IV
1
Butir belah (maks)
%
1
2
3
5
2
Butir keriput (maks)
%
0
1
3
5
3
Butir rusak (maks)
%
1
2
3
5
4
Butir warna lain (maks)
%
1
3
5
10
5
Kotoran (maks)
%
0
1
2
3
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) kacang kedelai di dapatkan Mutu kacang kedelai, untuk butir belah masuk katagori mutu III, butir keriput katagori mutu IV, butir rusak tidak masuk standar SNI, butir warna lain masuk katagori mutu II, dan untuk kotoran masukan katagori mutu III.
            Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sumber protein yang baik, dengan kandungan proteinnya sekitar 23,1% (Depkes, 1992). Selain itu kacang merah juga mengandung karbohidrat kompleks, serat, vitamin B , kalsium, fosfor, zat besi, dan folasin. pada praktikum ini sampel kacang merah tidak bisa di deskripsikan mutunya karena belum ada standar nasional biji kacang merah.
            Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina merupakan penghasil kacang tanah terbesar di dunia, disusul India sebagai penghasil terbesar kedua. Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng atau disangrai. Biji kacang tanah kaya akan nutrisi karena mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehingga dapat menjadi subtrat yang baik bagi pertumbuhan kapang. Kualitas kacang tanah ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 013921-1995. Standar tersebut merupakan kriteria mutu kacang tanah yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). standar kriteria mutu kacang tanah sebagai berikut :
No
Kriteria mutu
Satuan
Mutu kacang Tanah
I
II
III
1
Butir belah (maks)
%
1
5
10
2
Butir keriput (maks)
%
0
2
4
3
Butir rusak (maks)
%
0
1
2
4
Butir warna lain (maks)
%
0
2
2
5
Kotoran (maks)
%
0
0,5
3
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) kacang tanah di dapatkan Mutu kacang tanah, untuk butir belah masuk katagori mutu II, butir keriput dan butir rusak tidak bisa dikatagorikan, butir warna lain masuk katagori mutu III, dan untuk kotoran masukan katagori mutu III.
            Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber protein nabati. Protein biji kacang hijau mengandung 8 asam amino esensial, yaitu Valine, Leucine, Isoleucine, Methionine, Venyl Alanine, Lycine dan Tryptophane. Selain itu juga terdapat lemak, karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Kacang hijau mengandung minyak yang sangat rendah namun mengandung vitamin (terutama vitamin B1) dan protein yang cukup. Kualitas kacang tanah ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-9323-1995Standar kriteria mutu kacang  hijau sebgai berikut :
No
Kriteria mutu
Satuan
Mutu kacang Hijau
I
II
III
1
Butir belah (maks)
%
1
2
3
2
Butir keriput (maks)
%
2
4
6
3
Butir rusak (maks)
%
1
3
5
4
Butir warna lain (maks)
%
1
2
3
5
Kotoran (maks)
%
0
1
2
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) kacang hijau di dapatkan Mutu kacang hijau, untuk butir belah masuk katagori mutu I karena pada praktikum ini sampel kacang hijau tidak terdapat kacang hijau yang yang terbelah , butir keriput katagori mutu II, butir rusak masuk katagori III dan butir warna lain dan kotoran tidak masuk dalam katagori SNI
            jagung merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat. Mutu fisik jagung biasanya ditentukan dengan mengamati biji secara visual. Evaluasi mutu dengan cara ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan waktu lama dan menghasilkan produk dengan mutu yang tidak konsisten karena keterbatasan visual manusia, kelelahan, dan adanya perbedaan persepsi tentang mutu pada masing-masing pengamat. Standar kriteria mutu Jagung dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Kriteria mutu
Satuan
Mutu jagung
I
II
III
IV
1
Butir belah (maks)
%
1
2
3
5
2
Butir keriput (maks)
%
0
1
3
5
3
Butir rusak (maks)
%
2
4
7
8
4
Butir warna lain (maks)
%
1
3
3
10
5
Kotoran (maks)
%
1
1
2
2
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) jagung di dapatkan jagung, untuk butir belah masuk katagori mutu I, butir keriput katagori mutu IV, butir rusak termasuk katagori mutu II, butir warna lain masuk katagori mutu IV, dan untuk kotoran masukan katagori mutu I.
            Biji kakao Indonesia menjadi salah satu komoditi  perdagangan yang menghasilkan devisa bagi negara. Selain itu, kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan  yaitu mempunyai titik leleh tinggi, mengandung lemak coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Mutu produk akhir kakao, seperti aspek fisik, cita rasa, kebersihan serta aspek  keseragaman sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Pada proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Mutu biji kakao juga menjadi  bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan sebagai bahan baku makanan atau minuman. Mutu biji kakao juga menjadi  bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan sebagai bahan baku makanan atau minuman. Standar kriteria mutu kakao sesuai SNI  2323-2010 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No
Kriteria mutu
Satuan
Mutu kakao
I
II
III
1
Butir berjamur (maks)
%
2
4
4
2
Butir slaty (maks)
%
3
8
20
3
Butir berserangga (maks)
%
1
2
2
4
Butir berkecambah (maks)
%
2
3
3
5
Kotoran (maks)
%
1,5
2
3
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) kakao di dapatkan Mutu kakao, untuk butir belah 6,38 %, keriput 19 %, butir rusak 5,64 % dan butir warna lain 24,9 % dan kotoran 0 %, sehingga mutu maks kotoran masuk katagori mutu I.




F. KESIMPULAN
            Kacang- kacangan, jagung dan kakao memiliki berbagai macam karakteristik. Mutunya bisa di lihat dari warna, aroma, tekstur, jumlah kotoran, butir rusak , butir yang belah, butir keriput yang dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan pada kacang-kacangan, jagung dan kakao seperti keping-keping bijinya terlepas atau bergeser, biji yang berlubang bekas serangan hama pecah karena mekanis, biologis, fisik dan enzimatis seperti berkecambah, busuk, timbul bau yang tidak disukai, dan berubah warna atau bentuk, campuran dengan varietas lain, benda asing dan biji sangat muda atau biji yang tidak sempurna pertumbuhannya. Standar mutu kacang-kacang, jagung dan kakao dibagi menjadi 3- 5 kelompok mutu. mutu I artinya kuliatas atau mutunya terbaik dan begitu seterusnya. Untuk perhitungan berat suatu bahan dari serealia bisa menggunakan cara menghitung densitas kamba sehingga diperoleh ukuran gr/ml.
G. SARAN
            Pada praktikum ini pelaksanaannya kurang efesien dikarenakan sampel yang digunakan telah lama dibeli sehingga banyak yang rusak selama penyimpanan sehingga banyak yang tidak ada dalam katagori SNI selain itu kurang keseriusan praktikan sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal



LAMPIRAN

























 



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Hay... guys Assalamualaikum... kali ini aku mau posting Review jurnal dengan judul K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja )  yang merupakan  t...