LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGAWASAN MUTU DAN SERTIFIKASI PANGAN
"Penentuan
Mutu Kacang-kacangan, Jagung dan Kakao"
![]() |
OLEH
KELOMPOK
IV TPG-B 2014
LILIS
RATNASARI : Q1A1 15 270
IIN
TRISNI INDRIANI : Q1A1 15 269
RESKI :
D1C1 14 070
S.T.
RAHMI N. : D1C1 14
059
DINDA
AISYAH : D1C1 14 054
NUR
SAKINAH ADNAN : D1C1 14 060
ANDI
DAHLAN : D1C1 14 058
NOVI
NURISKANIA : D1C1 13
099
ARIANA
PRATIWI : D1C1 14 063
HASKAN : D1C1 14
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
I.
PENDAHULUAN
A.
Tujuan
Praktikum
1. Mengidentifikasi
kacang-kacangan
2. Mengetahui
standar mutu dari kacang-kacangan
3.
Mendeskirpsikan tanda-tanda kerusakan
kacang-kacangan
B.
Latar
Belakang
Kacang-kacangan
merupakan sumber protein dan lemak nabati sebagai pangan yang kaya akan gizi,
tetapi mengandung pula komponen yang merugikan kesehatan (anti zat gizi antara
lain : tripshin inhibitor). Sebelum di lakukan proses pengolahan terhadap
kacang-kacangan perlu di lakukan pemilihan bahan baku, karena akan mempengaruhi
proses selanjutnya dan mutu produk yang di hasilkan. Tahap awal dari proses
pengolahan kacang-kacangan adalah pencucian dan perendaman.
Dalam
memilih mutu kacang-kacangan dapat di lakukan dengan menggunakan Standar
Kreteria Mutu seperti Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI
dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Kualitas
atau mutu adalah tingkat baik
buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam
dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep
untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma,
TQM, Kaizen, dll.
Didalam
kacang-kacangan yang biasa di jadikan standar Nasional Indonesia adalah
persentasi dari butir belah, butir rusak, butir kriput, butir warna lain, dan
kotoran. Butir belah adalah butir yang kulit bijinya terlepas dan
keeping-keping bijinya terlepas atau tergeser, butir keriput
adalah biji yang beurubah bentuknya dan kriput termasuk biji yang sangat muda
dan atau tidak sempurna perubahannya, butir rusak adalah biji kacang yang
berlubangbekas serangan hama, pecah,karna mekanis, biologis, fisik dan
enzimatis, seperti berkecambah, busuk, bau tidak di sukai, berubah warna,
maupun bentuk, butir warna lain adalah butir kacang yang berwarna lain dari
warna aslinya di sebakan varietaass lain, benda asing atau di sebut dengan
kotoran adalah seperti pasir, tanah, potongan batang dan potongan daun kulit
polong dan biji-ijian lain. Hal ini yang biasa mempengaruhi mutu suatu
kacang-kacangan yang bisanya bias dalam mutu I, II, III dan IV. Semakin banyak
jumlah kacangan yang rusak maka mutu kacangan terebut semikin rendah.
Berdasarkan
paragraph di atas maka kami melakukan
penyortiran untuk mengetahui mutu beberapa kacang-kacangan, jagung dan kakao
yang dipasarkan di pasar kota kendari. Apakah telah sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) ataupun sebaliknya.
A.
ALAT
DAN BAHAN
Alat
Ø Timbangan
Ø Gelas
ukur
Ø Sendok
makan
Ø Piring
kecil
Bahan
Ø Kacang
kedelai
Ø Kacang
hijau
Ø Kacang
tanah
Ø Kacang
merah
Ø Jagung
Ø Kakao
B.
PROSODUR
KERJA
1. Mengidentifikasi
nama kacang-kacangan
a. Menentukan
nama-nama kacang-kacangan dan jagung
b. Mengamati secara organoleptik ( warna, aroma
dan tekstur ) dari kacang-kacangan
2. Mengamati
sifat fisik dari kacang-kacangan
a. Berat
Menimbang
kacang-kacangan dalam URT { Ukuran Rumah Tangga = gls (gelas minum 240 ml), sdm
(sendok makan) (pak dan bungkus) }
b. Densitas
kamba (Berat/Vol)
a). Memasukan biji kacang kedalam gelass ukur
sampai volumenya mencapai 100 mL.
b). Mengusahaakan pengisian sampai benar-benar padat.
c). Mengeluarkan semua bahan dari gelas
ukur dan timbang beratnya
d). Menyatakan
densitas kama bahan dalam g/mL
3. Persentasi
jenis butir kacang
a). Menimbang
beberapa gram ahan secara acak.
b). Memisahkan
butir utuh, rusak, warna lain, kriput dan kotoran.
c). Menimbang
masing-masing pisahan butir.
d). Menghitung
persentasenya (%).
e). Mendeskripsikan
tanda-tanda keruskannya
4. Membandingkan
dengan standar mutu kacang yang ada dan tentukan mutunya.
C. HASIL
1. Kacang kedelai
a.
Densitas
kamba
massa kacang
kedelai = a g
Volume kacang
kedelai = b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
Kamba (100 mL)
a
= 53,5 g
b = 100 mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
= 53,5
g/ 100 mL
=
0,535 g/mL
Ø
Densitas
Kamba (240 mL)
a = 167,715 g
b = 240 mL
Densitas kamba =
a/b g/mL.
=
167,715 g/ 240 mL
=
0,698 g/mL
b.
Satu
gelas belimbing kacang kedelai = 100 mL
c.
25
gram kacang kedelai = 130 butir = 2 sdm
d.
Tabel
Kacang Kedelai
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu kacang Kedelai
|
1
|
Butir utuh
|
201,075 g
|
80,429 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
6,824 g
|
2,737 %
|
III
|
3
|
Butir keriput
|
12,300 g
|
4,92 %
|
IV
|
4
|
Butir rusak
|
20,500 g
|
8,274 %
|
-
|
5
|
Butir warna lain
|
4,510 g
|
1,802 %
|
II
|
6
|
Kotoran
|
4,505 g
|
1,91 %
|
III
|
2. Kacang Merah
a.
Densitas
kamba
massa kacang merah = a g
Volume kacang merah = b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
kamba (100 ml)
a = 77,70 g
b = 100 ml
Densitas kamba = a/b g/mL.
=
77,70 g/ 100 mL
=
0,777 g/mL
Ø
Densitas
kamba (240 ml)
a = 107,15 g
b = 240 ml
Densitas kamba = a/b g/mL
=
107,15 g/ 240 mL
= 0,446
g/mL
b.
satu
gelas belimbing kacang merah = 100 mL
c.
25
gram kacang merah = 63 butir = 2 sdm
d.
Tabel
Kacang Merah
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu kacang Merah
|
1
|
Butir utuh
|
157,136 g
|
62,100 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
0 g
|
0 %
|
-
|
3
|
Butir keriput
|
5,187 g
|
2,050 %
|
-
|
4
|
Butir rusak
|
0,844 g
|
0,330 %
|
-
|
5
|
Butir warna lain
|
89,889 g
|
35,5 %
|
-
|
6
|
Kotoran
|
0,388 g
|
0,153 %
|
-
|
3. Kacang Hijau
a.
Densitas
kamba
massa kacang hijau = a g
Volume kacang hijau = b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
kamba (100 mL)
a = 75,02 g
b = 100 ml
Densitas kamba = a/b g/mL.
=
75,02 g/ 100 mL
=
0,750 g/mL
Ø
Densitas
kamba (240 mL)
a = 149,60 g
b = 240 ml
Densitas kamba = a/b g/mL
=
149,60 g/ 240 mL
=
0,623 g/mL
b.
Satu
gelas belimbing kacang hijau = 100 mL
c.
25
gram kacang hijau = 630 butir = 2 sdm
d.
Tabel
mutu Kacang Hijau
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu kacang Hijau
|
1
|
Butir utuh
|
214,968 g
|
85,987 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
0
|
0 %
|
I
|
3
|
Butir keriput
|
8,182 g
|
23,250 %
|
II
|
4
|
Butir rusak
|
9,408 g
|
4,620 %
|
III
|
5
|
Butir warna lain
|
11,245 g
|
2,498 %
|
-
|
6
|
Kotoran
|
6,197 g
|
2,478 %
|
-
|
4. Kacang tanah
a.
Densitas
kamba
massa kacang tanah = a g
Volume kacang tanah = b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
kamba (100 mL)
a = 61,12 g
b = 100 mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
=
61,12 g/ 100 mL
=
0,611 g/mL
Ø
Densitas
kamba (240 mL)
a = 105 g
b = 240 mL
Densitas kamba = a/b g/mL
= 105
g/ 240 mL
=
0,438 g/mL
b.
Satu
gelas belimbing kacang tanah = 100 mL
c.
25
gram kacang tanah = 68 butir = 2 sdm
d.
Tabel
mutu Kacang Tanah
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu kacang Tanah
|
1
|
Butir utuh
|
157,710 g
|
63,080 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
12,166 g
|
4,860 %
|
II
|
3
|
Butir keriput
|
58,130 g
|
23,250 %
|
-
|
4
|
Butir rusak
|
11,552 g
|
4,620 %
|
-
|
5
|
Butir warna lain
|
7,433 g
|
2,97 %
|
III
|
6
|
Kotoran
|
3,004 g
|
1,200 %
|
III
|
5. Jagung
a.
Densitas
kamba
massa jagung =
a g
Volume jagung = b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
kamba (100 mL)
a = 72,00 g
b = 100 mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
= 72
g/ 100 mL
=
0,720 g/mL
Ø
Densitas
kamba (240 mL)
a = 189,40 g
b = 240 mL
Densitas kamba = a/b g/mL
=
189,40 g/ 240 mL
=
0,789 g/mL
b.
Satu
gelas belimbing jagung = 100 mL
c.
25
gram jagung = 103 butir = 2 sdm
d.
Tabel
Kacang Jagung
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu jagung
|
1
|
Butir utuh
|
210,154 g
|
84,060 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
0 g
|
0 %
|
I
|
3
|
Butir keriput
|
11,730 g
|
4,6 %
|
IV
|
4
|
Butir rusak
|
5,233 g
|
2,060 %
|
II
|
5
|
Butir warna lain
|
21,933 g
|
8,77 %
|
IV
|
6
|
Kotoran
|
0,950 g
|
0,03 %
|
I
|
6. Kakao
a.
Densitas
kamba
massa kakao =
a g
Volume kakao =
b mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
Ø
Densitas
Kamba (100 mL)
a = 47,74 g
b = 100 mL
Densitas kamba = a/b g/mL.
=
47,74 g/ 100 mL
=
0,477 g/mL
Ø
Densitas
kamba (240 mL)
a = 193,64 g
b = 240 mL
Densitas kamba = a/b g/mL
=
193,64 g/ 240 mL
=
0,806 g/mL
b.
Satu
gelas belimbing kakao = 100 mL
c.
25
gram kakao = 130 butir = 2 sdm
d.
Tabel
mutu Kakao
No
|
Kriteria Mutu
|
Massa
|
Presentase
|
Mutu kacang Kakao
|
1
|
Butir utuh
|
110,052 g
|
44,02 %
|
-
|
2
|
Butir belah
|
15,958 g
|
6,380 %
|
-
|
3
|
Butir keriput
|
47,519 g
|
19 %
|
-
|
4
|
Butir rusak
|
14,113 g
|
5,64 %
|
II
|
5
|
Butir warna lain
|
62,358 g
|
24,9 %
|
-
|
6
|
Kotoran
|
0 g
|
0 %
|
I
|
D. HASIL KELOMPOK
Kel
|
Nama bahan
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Berat 1 gelas
|
Berat 100 mL
|
25 gr / sendok/biji
|
1
|
Kacang kedelai
|
Krem
|
Khas
|
Keras
|
167,715 g
|
53,500 g
|
2 sdm/ 130 biji
|
2
|
Kacang merah
|
Merah hati
|
Khas
|
Keras
|
107,15 g
|
77,700 g
|
2 sdm/63 biji
|
3
|
Kacang hijau
|
Hijau
|
Khas
|
Keras
|
149,60 g
|
75,020 g
|
2 sdm/630 biji
|
4
|
Kacang tanah
|
Coklat muda
|
Khas
|
Keras
|
105,000 g
|
61,120 g
|
2 sdm/68 biji
|
5
|
Jagung
|
Kuning muda
|
Khas
|
Keras
|
189,400 g
|
72,000 g
|
2 sdm/103 biji
|
6
|
Kakao
|
Coklat
|
Khas
|
Keras
|
193,640 g
|
47,740 g
|
2 sdm/26 biji
|
E. PEMBAHASAN
Pengawasan
mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu (standar)
dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu
merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang
dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Pengawasan mutu harus berlandaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Makin modern tingkat industri, makin kompleks
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutu. Demikian pula, makin tinggi
tingkat kesejahteraan masyarakat, makin
besar dan makin kompleks tuntutannya akan produk pangan.
Karena itu, pengawasan mutu pangan memegang peran yang
sangat penting.
Pada praktikum ini
bahan yang kami gunakan adalah kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang merah, jagung dan kakao. Kacang-kacangan adalah sebutan untuk biji yang
berukuran relatif lebih besar dibandingkan serealia dan digunakan untuk bahan
pangan bagi manusia dan hewan ternak. Jenis kacang-kacangan, jagung dan kakao
ini di tentukan mutunya dengan penetepan standar sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI). Beberapa yang harus di tentukan mutunya dalam stanndar
nasional indonesia yaitu butir rusak, kriput, warna lain, kotoran. Biji
belah adalah biji yang kulit bijinya terlepas dan keping-keping bijinya
terlepas atau bergeser. Biji rusak adalah biji yang berlubang bekas serangan
hama pecah karena mekanis, biologis, fisik dan enzimatis seperti berkecambah,
busuk, timbul bau yang tidak disukai, dan berubah warna atau bentuk. Butir
warna lain adalah butir yang warnanya tidak sama dengan aslinya akibat campuran
dengan varietas lain. Kotoran adalah benda asing seperti pasir, tanah, potongan
sisa batang daun, kulit polong, biji-bijian yang lain yang bukan kedelai. Butir
keriput adalah biji yang berubah bentuknya dan keriput, termasuk biji sangat
muda atau biji yang tidak sempurna pertumbuhannya.
Kacang Kedelai Kedelai
merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia. Kedelai
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan
di Indonesia, Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 ,
B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang
berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. kacang kedelai yang baik adalah kacang kedelai yang
telah dilakukan proses pemilihan menurut Standar kriteria mutu kacang kedelai
adalah sebagai berikut:
No
|
Kriteria mutu
|
Satuan
|
Mutu kacang kedelai
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
1
|
Butir belah (maks)
|
%
|
1
|
2
|
3
|
5
|
2
|
Butir keriput (maks)
|
%
|
0
|
1
|
3
|
5
|
3
|
Butir rusak (maks)
|
%
|
1
|
2
|
3
|
5
|
4
|
Butir warna lain (maks)
|
%
|
1
|
3
|
5
|
10
|
5
|
Kotoran (maks)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI)
kacang kedelai di dapatkan Mutu kacang kedelai, untuk butir belah masuk
katagori mutu III, butir keriput katagori mutu IV, butir rusak tidak masuk
standar SNI, butir warna lain masuk katagori mutu II, dan untuk kotoran masukan
katagori mutu III.
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan
tanaman sumber protein yang baik, dengan kandungan proteinnya sekitar 23,1% (Depkes,
1992). Selain itu kacang merah juga mengandung karbohidrat kompleks, serat, vitamin B , kalsium,
fosfor, zat besi, dan folasin. pada praktikum ini sampel kacang merah tidak bisa di deskripsikan mutunya
karena belum ada standar nasional biji kacang merah.
Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan kedua terpenting setelah
kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat
ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis.
Republik Rakyat Cina merupakan penghasil kacang tanah terbesar di dunia,
disusul India sebagai penghasil terbesar kedua. Sebagai tanaman budidaya,
kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan
lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng
atau disangrai. Biji kacang tanah kaya akan nutrisi karena mengandung karbohidrat,
protein dan lemak sehingga dapat menjadi subtrat yang baik bagi pertumbuhan
kapang. Kualitas kacang tanah ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 013921-1995. Standar
tersebut merupakan
kriteria mutu kacang tanah yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). standar kriteria mutu kacang tanah sebagai berikut :
No
|
Kriteria mutu
|
Satuan
|
Mutu kacang Tanah
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Butir belah (maks)
|
%
|
1
|
5
|
10
|
2
|
Butir keriput (maks)
|
%
|
0
|
2
|
4
|
3
|
Butir rusak (maks)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
4
|
Butir warna lain (maks)
|
%
|
0
|
2
|
2
|
5
|
Kotoran (maks)
|
%
|
0
|
0,5
|
3
|
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI)
kacang tanah di dapatkan Mutu kacang tanah, untuk butir belah masuk katagori mutu
II, butir keriput dan butir rusak tidak bisa dikatagorikan, butir warna lain
masuk katagori mutu III, dan untuk kotoran masukan katagori mutu III.
Kacang hijau merupakan
tanaman tropis yang berumur pendek dan dapat tumbuh di daerah yang curah
hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber protein nabati. Protein biji
kacang hijau mengandung 8 asam amino esensial, yaitu Valine, Leucine,
Isoleucine, Methionine, Venyl Alanine, Lycine dan Tryptophane. Selain itu juga
terdapat lemak, karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh. Kacang hijau
mengandung minyak yang sangat rendah namun mengandung vitamin (terutama vitamin
B1) dan protein yang cukup. Kualitas kacang
tanah ditentukan
oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-9323-1995Standar
kriteria mutu kacang hijau sebgai
berikut :
No
|
Kriteria mutu
|
Satuan
|
Mutu kacang Hijau
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Butir belah (maks)
|
%
|
1
|
2
|
3
|
2
|
Butir keriput (maks)
|
%
|
2
|
4
|
6
|
3
|
Butir rusak (maks)
|
%
|
1
|
3
|
5
|
4
|
Butir warna lain (maks)
|
%
|
1
|
2
|
3
|
5
|
Kotoran (maks)
|
%
|
0
|
1
|
2
|
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) kacang hijau di
dapatkan Mutu kacang hijau, untuk butir belah masuk katagori mutu I karena pada
praktikum ini sampel kacang hijau tidak terdapat kacang hijau yang yang
terbelah , butir keriput katagori mutu II, butir rusak masuk katagori III dan butir
warna lain dan kotoran tidak masuk dalam katagori SNI
jagung
merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat. Mutu fisik jagung biasanya ditentukan dengan mengamati
biji secara
visual. Evaluasi mutu dengan cara ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain
membutuhkan waktu lama dan menghasilkan produk dengan
mutu yang tidak konsisten karena keterbatasan visual manusia,
kelelahan, dan adanya perbedaan persepsi tentang mutu pada
masing-masing pengamat. Standar kriteria mutu Jagung dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
No
|
Kriteria mutu
|
Satuan
|
Mutu jagung
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
1
|
Butir belah (maks)
|
%
|
1
|
2
|
3
|
5
|
2
|
Butir keriput (maks)
|
%
|
0
|
1
|
3
|
5
|
3
|
Butir rusak (maks)
|
%
|
2
|
4
|
7
|
8
|
4
|
Butir warna lain (maks)
|
%
|
1
|
3
|
3
|
10
|
5
|
Kotoran (maks)
|
%
|
1
|
1
|
2
|
2
|
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI) jagung di dapatkan jagung,
untuk butir belah masuk katagori mutu I, butir keriput katagori mutu IV, butir
rusak termasuk katagori mutu II, butir warna lain masuk katagori mutu IV, dan
untuk kotoran masukan katagori mutu I.
Biji kakao Indonesia menjadi salah satu komoditi perdagangan yang menghasilkan devisa bagi negara. Selain itu, kakao Indonesia
juga mempunyai keunggulan yaitu
mempunyai titik leleh tinggi, mengandung lemak coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Mutu produk
akhir kakao, seperti aspek fisik, cita rasa, kebersihan serta aspek keseragaman sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses
produksinya. Pada proses ini terjadi pembentukan calon citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang
tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Mutu biji kakao juga menjadi bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan sebagai bahan baku
makanan atau minuman. Mutu biji kakao juga menjadi bahan perhatian oleh konsumen, dikarenakan biji kakao digunakan sebagai bahan baku
makanan atau minuman. Standar
kriteria mutu kakao sesuai SNI 2323-2010
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
No
|
Kriteria mutu
|
Satuan
|
Mutu kakao
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Butir berjamur (maks)
|
%
|
2
|
4
|
4
|
2
|
Butir slaty (maks)
|
%
|
3
|
8
|
20
|
3
|
Butir berserangga (maks)
|
%
|
1
|
2
|
2
|
4
|
Butir berkecambah (maks)
|
%
|
2
|
3
|
3
|
5
|
Kotoran (maks)
|
%
|
1,5
|
2
|
3
|
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI)
kakao di dapatkan Mutu kakao, untuk butir belah 6,38 %, keriput 19 %, butir
rusak 5,64 % dan butir warna lain 24,9 % dan kotoran 0 %, sehingga mutu maks
kotoran masuk katagori mutu I.
F. KESIMPULAN
Kacang- kacangan, jagung dan kakao
memiliki berbagai macam karakteristik. Mutunya bisa
di lihat dari warna, aroma, tekstur, jumlah kotoran,
butir rusak , butir yang belah, butir keriput yang dibandingkan dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Beberapa faktor yang menyebabkan
kerusakan pada kacang-kacangan, jagung dan kakao seperti keping-keping
bijinya terlepas atau bergeser, biji
yang berlubang bekas serangan hama pecah karena mekanis, biologis, fisik dan
enzimatis seperti berkecambah, busuk, timbul bau yang tidak disukai, dan
berubah warna atau bentuk, campuran
dengan varietas lain, benda
asing dan biji
sangat muda atau biji yang tidak sempurna pertumbuhannya. Standar mutu kacang-kacang, jagung dan kakao dibagi
menjadi 3- 5 kelompok mutu. mutu I artinya kuliatas atau mutunya terbaik dan
begitu seterusnya. Untuk perhitungan berat
suatu bahan dari serealia bisa menggunakan cara menghitung densitas kamba
sehingga diperoleh ukuran gr/ml.
G. SARAN
Pada praktikum ini pelaksanaannya kurang
efesien dikarenakan sampel yang digunakan telah lama dibeli sehingga banyak
yang rusak selama penyimpanan sehingga banyak yang tidak ada dalam katagori SNI
selain itu kurang keseriusan praktikan sehingga hasil yang didapatkan kurang
maksimal
LAMPIRAN
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
![]() |
||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar