Sabtu, 20 Januari 2018

Paper Modifikasi Tepung Sagu



TUGAS PAPER
TEKNOLOGI PENGOLAHAN ANEKA PALMA
"Modifikasi Tepung Sagu dengan Metode Asetilasi "



­­



OLEH
                                                NAMA            : LILIS RATNASARI
                                                NIM                : Q1A1 15 270
                                                KELAS           : TPG-C 2014


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017





Modifikasi Tepung Sagu dengan Metode Asetilasi
            Penggunaan pati sagu secara alami masih memiliki beberapa keterbatasan untuk dapat diaplikasikan secara langsung pada produk, baik pangan maupun non pangan. Untuk memperluas sifat fungsional pati sagu, maka perlu dilakukan modifikasi pati. Modifikasi pati diharapkan dapat memperluas penggunaan pati dalam proses pengolahan pangan serta menghasilkan karakteristik produk pangan yang diinginkan.
            dalam industri pengguna pati menginginkan pati yang mempunyai kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi maupun rendah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanis, dan daya pengentalannya tahan pada kondisi asam dan suhu tinggi. Sifat-sifat penting yang diinginkan dari pati termodifikasi  (yang tidak dimiliki oleh pati alam) diantaranya adalah: kecerahannya lebih tinggi  (pati lebih putih), retrogradasi yang rendah, kekentalannya lebih rendah, gel yang  terbentuk lebih jernih, tekstur gel yang dibentuk lebih lembek, kekuatan regang yang rendah, granula pati lebih mudah pecah, waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi, serta waktu dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah.
            Modifikasi sifat dan perkembangan teknologi di bidang pengolahan pati, pati
alami dapat dimodifikasi sehingga mempunyai sifat-sifat yang diinginkan seperti di atas. Modifikasi disini dimaksudkan sebagai perubahan struktur molekul dari  yang dapat dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis. Pati alami dapat dibuat menjadi pati termodifikasi atau modified starch, dengan sifat-sifat yang dikehendaki atau sesuai dengan kebutuhan. 
            metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifikasi dengan asam, modifikasi dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi ikatan silang. Setiap metode modifikasi tersebut menghasilkan pati termodifikasi dengan sifat yang berbeda-beda.  Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati dengan sifat lebih encer jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya lebih rendah. Modifikasi dengan enzim, biasanya menggunakan enzim alfa-amilase, menghasilkan pati yang kekentalannya lebih stabil pada suhu panas maupun dingin dan sifat pembekuan gel yang baik. Modifikasi dengan oksidasi menghasilkan pati dengan sifat lebih jernih, kekuatan regangan dan kekentalannya lebih rendah. Sedangkan modifikasi dengan ikatan silang menghasilkan pati yang kekentalannya tinggi jika dibuat larutan dan lebih tahan terhadap perlakuan mekanis. 
            Pati modifikasi yaitu pati yang mengalami perlakuan fisik, kimia ataupunenzimatis secara terkendali sehingga dapat mengubah satu atau lebih dari sifatasalnya. Modifikasi pati secara kimia dapat dilakukan dengan berbagai metode,salah satunya metode asetilasi. Modifikasi pati secara asetilasi dapat menghasilkan pati yang tahan terhadap retrogradasi dan suhu rendah tanpa mengubah penampilanfisik pati. Ningtyas (2010) menjelaskan bahwa proses modifikasi pati secaraasetilasi membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan dengan metode modifikasi kimia lainnya sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan pada industripangan, seperti pada pembuatan saus kental, sohun, mi, ataupun edible film.
            Terdapat pada penelitian Hamzah dan Rahmayuni (2012), dengan judul Karakteristik Pati Sagu Modifikasi  Dengan Metode Asetilasi seperti dibawah ini :
A. Bahan Dan Metode
             Alat-alat yang digunakan meliputi timbangan analitik, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, pipet tetes, magnetic stirer, spatula, pH meter, stopwatch, kertas saring, corong, loyang, dan oven. Bahan yang digunakan meliputi pati sagu, akuades, CH COOH 6%, NaOH 0,3 N, dan HCl 0,1 N.
B.  Metode Penelitian
             Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari lima perlakuan, masing masing perlakuan dilakukan sebanyak tiga ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Parameter yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, kadar gugus asetil dan penilaian organoleptik. Adapun perlakuan dalam penelitian ini yaitu:
  SA1 :   Pati sagu alami (tanpa modifikasi)
  SA2 :   Pati sagu terasetilasi selama 30 menit
  SA3 :   Pati sagu terasetilasi selama 60 menit
  SA4 :   Pati sagu terasetilasi selama 90 menit
  SA5 :   Pati sagu terasetilasi selama 120 menit

C. Analisis Data
            Data yang diperoleh dari 6 (enam) parameter pengujian akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka analisis akan dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
D. Pelaksanaan penelitian
            Proses modifikasi pati sagu dengan metode asetilasi mengacu pada Teja dkk. (2008). Pati sagu sebanyak 150 gram dicampur dengan 450 ml akuades. Kemudian tambahkan 4,7 ml CHCOOH 6 % ke dalam larutan pati sagu tersebut. Setelah itu, pH larutan diatur hingga 8 dengan menambahkan 1,5 ml NaOH 0,3 N disertai pengadukan. Larutan pati sagu tersebut didiamkan (sesuai perlakuan yaitu 30 menit; 60 menit; 90 menit; dan 120 menit), lalu tambahkan HCl 0,1 N sampai pHnya 6. Slurry pati kemudian difiltrasi dan endapannya dicuci dengan akuades sebanyak dua kali. Endapan pati tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 50°C selama 2 jam.
E. Hasil dan Pembahasan
Kadar Air
            Hasil pengamatan kadar air pati sagu setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara asetilasi berpengaruh nyata terhadap kadar air pati sagu. Rata-rata kadar air pati sagu yang dihasilkan setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 1.








            Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air pati sagu berkisar antara 9,890% sampai 16,639%. Proses asetilasi menyebabkan kadar air pati sagu lebih rendah dibandingkan dengan pati sagu alami. Lamanya waktu asetilasi tidak mempengaruhi kadar air pati sagu yang dihasilkan. Kadar air pati sagu alami berbeda nyata dengan kadar air pati sagu modifikasi. Rendahnya kadar air pada pati sagu modifikasi asetilasi dikarenakan tingginya kadar amilosa pada pati sagu modifikasi dibandingkan dengan pati sagu alami yang mengakibatkan menurunnya daya absorbsi air. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suarni dan Nur (2008), bahwa kadar amilosa yang tinggi akan menurunkan daya absorbsi air dan kelarutan, sehingga pada saat pemanasan jumlah air yang terbuang lebih banyak yang mengakibatkan kadar air pati modifikasi menjadi rendah. Selain itu, pati sagu alami memiliki kadar amilopektin yang tinggi dari pada pati sagu modifikasi.  Amilopektin bersifat hidrofilik sehingga pati sagu alami banyak menahan air saat  pemanasan yang mengakibatkan kadar air pati sagu alami menjadi tinggi.
Kadar Abu
            Hasil pengamatan kadar abu pati sagu setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara asetilasi berpengaruh nyata terhadap kadar abu pati sagu. Rata-rata kadar abu pati sagu yang dihasilkan setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 2.







            Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar abu pati sagu berkisar antara 0,088% sampai 0,239%. Pati alami memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan dengan pati modifikasi. Lamanya waktu asetilasi mempengaruhi kadar abu pada pati sagu. Semakin lama waktu asetilasi maka kadar abu pun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya buffer asetat pada proses modifikasi pati. Semakin lama waktu asetilasi maka semakin banyak gugus asetil yang berikatan dengan pati sehingga pada saat pembakaran gugus asetil ini tidak rusak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hubber dan Be Miller (2000) dan Wulan dkk. (2007) bahwa granula pati modifikasi memiliki pori-pori di permukaan dan rongga internal dalam hilum, sehingga memberikan akses yang lebih terbuka ke bagian dalam granula. Dengan demikian akan mempermudah penyerapan buffer asetat ke dalam granula pati modifikasi sehingga meningkatkan kadar abu. 
Kadar Gugus Asetil 
            Hasil pengamatan kadar gugus asetil setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara asetilasi berpengaruh nyata terhadap kadar gugus asetil. Rata-rata kadar gugus asetil pati sagu yang dihasilkan setelah diuji lanjut dengan uji DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 3.







            Berdasarkan data pada Tabel 3 bahwa kadar gugus asetil pati sagu berkisar antara 0,021% sampai 18,747%. Kenaikan jumlah gugus asetil seiring dengan semakin lamanya waktu asetilasi. Semakin lama waktu kontak antara asam asetat dengan pati sagu menyebabkan melemahnya ikatan hidrogen pada pati sagu. Hal ini memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk mensubstitusi gugus hidroksil oleh gugus asetil sehingga jumlah gugus asetil semakin meningkat.

Penilaian Organoleptik terhadap Parameter Warna

            Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara
asetilasi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter warna. Rata-rata warna pati
sagu yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.





            Tabel 4 menunjukkan bahwa warna pati sagu memberikan penilaian berkisar antara sama baiknya dengan R dengan skor 2,567 sampai 2,967. Warna pati sagu modifikasi asetilasi berbeda tidak nyata dengan pati sagu alami. Dengan demikian penambahan asam asetat tidak mempengaruhi warna dari pati sagu modifikasi karena asam asetat tidak dapat berperan sebagai pemutih. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini dan Hariyadi (2007) pada modifikasi pati jagung secara oksidasi dengan menggunakan natrium hipoklorit. Penggunaan natrium hipoklorit pada proses modifikasi kimia pati akan memberikan efek memutihkan pada produk pati yang dihasilkan karena natrium hipoklorit merupakan oksidator yang dapat berperan sebagai pemutih. Sehingga warna pati sagu modifikasi asetat hampir sama dengan warna pati sagu alami yaitu putih kecoklatan.  
Penilaian Organoleptik terhadap Parameter Bau
            Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara
asetilasi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bau. Rata-rata bau pati sagu
yang dihasilkan disajikan pada Tabel 5.





            Tabel 5 menunjukkan bahwa bau pati sagu memberikan penilaian berkisar antara sama baiknya dengan R dengan skor 2,533 sampai 2,833. Bau pati sagu modifikasi asetilasi berbeda tidak nyata dengan pati sagu alami. Dengan demikian perlakuan asetilasi tidak menyebabkan terjadinya perubahan bau pati sagu. Hal ini dikarenakan bahwa penggunaan asam asetat pada pati sagu modifikasi tidak merubah bau dari pati sagu alami yaitu normal (bebas dari bau asing).
Penilaian Organoleptik terhadap Parameter Tekstur
            Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi secara asetilasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap parameter tekstur. Rata-rata tekstur pati sagu yang dihasilkan disajikan pada Tabel 6.






           
            Tabel 6 menunjukkan bahwa tekstur pati sagu memberikan penilaian berkisar antara sama baiknya dengan R dengan skor 2,500 sampai 2,933. Tekstur pati sagu modifikasi asetilasi berbeda tidak nyata dengan pati sagu alami. Dengan demikian perlakuan asetilasi tidak menyebabkan terjadinya perubahan tekstur pati sagu modifikasi secara visual karena modifikasi asetilasi hanya merubah granula pati. Pati sagu modifikasi memiliki tekstur yang sama dengan pati sagu alami yaitu serbuk halus sehingga sifat fungsional pati sagu meningkat dan dapat memperluas penggunaan pati untuk produk, baik pangan maupun non pangan. Penampakan keseluruhan pati sagu untuk semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.























DAFTAR PUSTAKA
Teja, A., I. Sindi, A. Ayucitra, Laurentia dan K. Setiawan. 2008. Karakteristik  pati sagu dengan metode modifikasi asetilasi dan cross-linking. Jurnal Teknik Kimia         Indonesia Vol. 7 No. 3.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Jurnal K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Hay... guys Assalamualaikum... kali ini aku mau posting Review jurnal dengan judul K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja )  yang merupakan  t...